Selasa, 31 Januari 2012

otomotif


KELISTRIKAN OTOMOTIF

Pada prinsipnya motor bensin ataupun motor diesel dapat dihidupkan apabila terdapat ketiga komponen yaitu: kelistrikan, bahan bakar dan komponen mekanik dari motor tersebut dalam keadaan baik. Jika salah satu komponen tersebut mengalami gangguan atau rusak maka kerja motor tersebut akan terganggu dan kemungkinan besar motor tidak akan hidup. Untuk mencegah hal itu perlu dipahami prinsip kerja dan perawatan dari masing-masing komponen.
Kelistrikan otomotif adalah rangkaian komponen kelistrikan dalam suatu motor, dimana pada waktu motor tersebut bekerja, komponen-komponen tersebut saling berhubungan.
Kelistrikan otomotif dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:
A.    Kelistrikan Mesin (Engine Electrical)
B.     Kelistrikan Body (Body Electrycal)
Yang termasuk dalam kelistrikan mesin adalah:
1.      Sistem Pengisian (Charging System)
2.      Sistem Pengapian (Ignition System)
3.      Sistem Starter (Starting System)
Sedangkan yang termasuk sistem kelistrikan bodi meliputi:
1.      Sistem Penerangan (Lighting System)
2.      Sistem indikator dan pelengkap lainnya seperti: klakson, lampu sein, rem dan lain-lain.

Kelistrikan Mesin (Engine Electrical)
Kelistrikan mesin merupakan suatu sistem kelistrikan yang berfungsi untuk menghidupkan mesin dan menentukan baik buruknya kerja suatu mesin. Adapun bagian-bagian dari sistem kelistrikan mesin antara lain:

A.    Sistem Pengisian.
Seperti yang kita ketahui bahwa tenaga listrik pada aki selalu digunakan sebagai sumber tenaga sistem starter, sistem pengapian, sistem penerangan, dan sistem perlengkapan lainnya. Sumber tenaga listrik dalam aki mempunyai kapasitas terbatas, sehingga perlu dilakukan pengisian kembali agar dapat digunakan secara terus menerus.

Gambar rangkaian sistem pengisian.

Pada sistem pengisian terdapat beberapa komponen antara lain:
1.      Alternator
Pada umumnya alternator pada motor merupakan alternator dengan magnet tetap, jadi besar kecilnya arus yang dihasilkan oleh alternator tergantung pada putaran mesin. Sehingga semakin tinggi putaran mesin semakin besar pula arus yang dihasilkan alternator. Bagian-bagian alternator:
a.      Fly whell magneto
Fly whell magneto terdiri dari beberapa magnet permanen yang disusun sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti roda. Bagian ini biasanya terpasang pada poros engkol, sehingga saat mesin bekerja fly whell magneto ikut berputar dan menimbulkan garis gaya magnet.
b.      Kumparan
Kumparan merupakan bagian yang bekerja satu sistem dengan fly whell magneto sehingga dapat menghasilkan arus listrik. Kumparan (spul) tersusun dari plat-plat besi lunak yang dililiti kawat email, sehingga saat fly whell magneto berputar menyebabkan kemagnetan pada plat-plat besi lunak tersebut, sehingga dapat menimbulkan GGL induksi dan dapat menghasilkan arus listrik.

Cara mengetes alternator (spul)
·         Lepas kabel dari alternator menuju regulator
·         Set multi tester pada AC 50 volt
·         Hubungkan multitester pada kedua kutub alternator
·         Hidupkan mesin pada putaran stasioner jika lebih dari 12 volt berarti alternator masih bagus.

2.      Regulator/rectifier/kiprok.
Pada sistem pengisian terdapat bagian yang yang disebut dengan regulator. Regulator adalah bagian yang berfungsi untuk merubah tegangan AC menjadi tegangan DC. Selain itu regulator juga berfungsi mengatur besar kecilnya tegangan sesuai kebutuhan, bila daya listrik yang dikeluarkan melebihi yang dibutuhkan, sisanya akan dibuang dengan cara men short ke ground di regulator/kiprok. Sehingga regulator akan terasa panas saat terjadi proses pembuangan.
Cara mengetes regulator
a.       Mengetes saat mesin dinyalakan.
·         Set multitester/AVO meter pada DC 50 volt.
·         Tempelkan kabel merah ke kutub positif dan kabel hitam ke kutub negatip.
·         Hidupkan mesin, biarkan pada putaran stasioner, lihat multi tester.
·         Naikkan RPM sampai > 5000 rpm perhatikan multitester bergerak naik antara 13,5 volt sampai 14,5 volt.
b.      Mengetes saat mesin mati.
·         Lepas regulator
·         Set multi tester dalam skala ohm meter
·         Ukur kaki-kaki pada regulator secara acak (pastikan kabel hitam pada multi tester sepagai patokan).
·         Setelah itu kaki regulator yang bisa diukur bolak-balik dengan multi tester merupakan bagian sistem penerangan
·         Bagian yang tidak dapat diukur bolak-balik dengan multi tester merupakan bagian sistem pengisian (kabel hitam menuju alternator, kabel merah ke positif baterai).

3.      Aki (Baterai)
Aki merupakan bagian yang sangat penting dari sistem kelistrikan, karena aki berfungsi sebagai penyimpan arus sekaligus sebagai sumber arus kelistrikan pada sepeda motor. Secara umum didalam sebuah aki terjadi perubahan energi yaitu dari energi kimia menjadi energi listrik. Konstruksi sebuah aki terdiri dari sel-sel yang ditempatkan dalam bak yang terbuat dari ebonit atau plastik. Tiap sel terdiri dari plat + , plat – dan sparator. Susunan plat + maupun plat – disusun secara paralel pada setiap sel. Jumlah plat – lebih banyak satu dibandingkan jumlah plat +, sehingga ujung dari setiap sel adalah plat -. Sedangkan susunan antara sel satu dengan sel yang lain disusun secara seri. Pada setiap sel aki dapat menghasilkan tegangan listrik sebesar ± 2 volt. Jadi jika aki 6 volt terdiri dari 3 sel dan aki 12 volt terdiri dari 6 sel.
Bahan dari plat + adalah PbO2 (oksida timah hitam) sedangkan plat – adalah Pb (timah hitam), sparator yang ditempatkan antara plat + dan plat – berfungsi untuk mencegah terjadinya korsleting antara kedua plat tersebut. Bahan dari sparator meliputi dari serat kayu, ebonit dan fiber glass. Pada sparator terdapat lubang-lubang dan alur-alur yang halus untuk memungkinkan elektrolit mengalir.
Plat-plat yang terendam dengan elektrolit akan menjadi energi listrik karena reaksi kimia antara zat aktif dari plat dan elektrolit yang berupa asam sulfat (H2SO4). Arus listrik dalam aki dapat habis dengan sendirinya meskipun tidak digunakan. Proses ini akan cepat terjadi jika berada pada temperatur yang tinggi.

Gambar penampang aki.



Reaksi kimia saat aki mengeluarkan arus (discharging).

PbO2    +   2H2SO4   +      Pb         PbSO4    +   2H2O   +   PbSO4
(plat+)             (elektrolit)              (plat-)                  (plat+)                  (air)                (plat-)

Pada waktu aki mengeluarkan arus (discharging) material aktif pada plat+ dan plat– bereaksi dengan SO4, sehingga membentuk Pb SO4 sedangkan H2SO4 sedikit demi sedikit berubah menjadi H2O.
Jumlah elektrolit pada aki harus berada ± 1 cm diatas plat sehingga kedua plat dalam setiap sel terendam oleh elektrolit sehingga dapat bereaksi dengan baik saat proses pengisian atau pemakaian berlangsung. Jika elektrolit berkurang tambah dengan air suling biasa (H2O) dan jangan ditambah dengan H2­SO4 karena menyebabkan kepekatan pada elektrolit, sehingga dapat merusak sel-sel dalam aki tersebut.
Pengukuran berat jenis elektrolit pada aki menggunakan alat yang disebut hidrometer, yaitu dengan cara menghisap elektrolit kedalam hidrometer sehingga pengukur dalam hidrometer mengapung. Apabila aki dalam keadaan baik berat jenis elektrolit menunjukkan pada angka 1,26 – 1,28. Pengukuran yang paling bagus dilakukan saat aki selesai digunakan.

Reaksi kimia saat aki diisi arus (charging).

PbSO4   +   2H2O   +   PbSO4      PbO2    +   2H2SO4   +  Pb
 (plat+)               (air)                 (plat-)                 (plat+)             (elektrolit)         (plat-)

Selama pengisian arus listrik dimasukkan kedalam aki dengan arah yang berlawanan, sehingga terjadi kebalikan reaksi. Yang mengakibatkan SO4 terlepas dari tiap- tiap plat, sehingga plat + akan berubah kembali menjadi PbSO4 dan plat – berubah menjadi Pb. Dalam reaksi ini H2SO4 terbentuk kembali didalam elektrolit sehingga berat jenis naik kembali.
Jumlah tenega listrik yang tersimpan dalam aki dapat digunakan sebagai sumber tenaga listrik dinamakan kapasitas aki. Kapasitas aki ini dinyatakan dalam satuan amperjam (AH) yang dapat ditulis dalam persamaan dibawah ini:

Kapasitas aki (AH) = Arus pemakaian (I) x lama pemakaian (t)

Karena adanya reaksi kimia antara plat-plat dan asam sulfat didalam elektrolit akan menimbulkan arus listrik (amper). Besarnya jumlah amper yang dapat ditimbulkan dalam suatu aki sesuai dengan besarnya luas permukaan plat-plat atau jumlah kedua plat yang terendam dalam elektrolit. Jadi dengan bertambahnya luas penampang plat tegangan listrik tidak bertambah, tetapi jumlah arus yang dihasilkan aki atau kapasitas aki akan lebih besar. Hal ini dikarenakan permukaan plat yang besar itu berhubungan dengan elektrolit dan menghasilkan reaksi kimia yang besar sehingga akan terbentuk arus listrik yang besar pula.
Untuk menentukan besarnya amper dalam arus pengisian dan menentukan jumlah jam dalam pengisian, dapat digunakan grafik hubungan berat jenis (BJ) elektrolit dengan kapasitas aki dengan rumus-rumus dibawah ini:

Kuat arus (A) yang digunakan untuk pengisian =  
Atau:
Pengisian arus yang benar (A)  = 

Grafik hubungan berat jenis elektrolit dengankapasitas aki

Contoh:
Aki dengan kapasitas 40 AH dan berat jenis elektrolit menunjukkan angka 1,18 (saat diperiksa dengan hydrometer). Dari grafik daitas dapat diketahui bila berat jenis elektrolit menurun sampai 1,18 berarti kapasitas yang telah keluar sebesar 40%.
Dengan demikian 40% inilahyang harus diisi agar aki menjadi penuh kembali.
Kapasitas yang dikeluarkan dalam AH          = 40 AH x 40%
                                                                        = 16 AH
Jika waktu pengisian dibatasi sampai 30 menit (0,5 jam), maka kuat arus yang dibutuhkan untuk pengisian sebesar :
  =  ± 10 Amper           

Sedangkan untuk menentukan jumlah jam pengisian dapat digunakan rumus dibawah ini:

Jumlah jam  =    x (1,2 ÷ 1,5)

Contoh:
Aki dengan kapasitas 40 AH dan berat jenis menunjukkan angka 1,16. Dari grafik berat jenis dapat diketahui bahwa kapasitas yang telah dikeluarkan sebesar 50% dari kapasitas aki 40 AH. Dengan demikian kapasitas yang telah dikeluarkan dalam AH adalah
40 x 0,5 = 20 AH
Besarnya arus pengisian normal 1/10 dari kapasitas aki tersebut (besarnya arus pengisian harus 1/10 dari kapasitas aki yang diisi, agar selama pengisian kenaikan temperatur akibat arus listrik kedalam aki tidak merusak sel-sel aki).
Besarnya arus pengisian          = 1/10 x 40
= 20 Amper
Maka lamanya pengisian         = (20AH/4 A) x 1,2
                                                = 6 jam



Pada umumnya ada beberapa penyebab kerusakan aki diantaranya:
Ø  Kerusakan akibat over charging
Pengisian arus yang berlebihan kedalam aki akan menyebabkan plat+ pada setiap sel aki mendapat tekanan akibat temperatur yang tinggi selama over charging akibatnya plat+ menjadi bengkok dan sparator manjadi rapuh karena tingginya aksi kimia yang terjadi, sehingga akan memungkinkan terjadinya hubungan singkat antara plat+ dengan plat-.
Kerusakan akibat over charging ini dapat diatasi dengan cara mengurangi besarnya arus pengisian.


Ø  Kerusakan akibat terbentuknya kristal sulfat
Selama aki mengeluarkan arus (discharging) material aktif pada plat + dan plat – berubah menjadi PbSO4 (lead sulfat).  Lead sulfat akan berubah kembali menjadi material aktif jika aki diisi kembali. Oleh karena itu jika aki dibiarkan dalam kondisi mengeluarkan arus dalam jangka waktu yamg lama (kosong) tanpa adanya pengisian kembali, akan menyebabkan PbSO4 ini mengerasdan disebul kristal sulfat.
Kristal sulfat ini dapat berubah kembali menjadi material aktif dengan jalan aki tersebut diisi kembali dengan proses normal (dengan catatan kristal belum memecah kisi-kisi plat).
Di dalam pengisian aki dengan memakai bateray charger, ada hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya:
o   Besarnya arus pengisian dibatasi 1/10 dari kapasitas aki.
o   Temperatur elektrolit jangan melebihi 40˚C. Ini dapat diatassidengan cara mengurangi arus pengisian.
o   Pengisian berakhir jika BJ elektrolit mencapai 1,25 ÷1,28. Tegangan antara kedua terminal aki sampai 15 ÷17 volt. Jika BJ lebih dari spesifikasi, keluarkan sedikit elektrolit dan tambah dengan air suling (H2O).
o   Pada waktu diisi tutup aki harus dibuka.

Pemeliharaan/perawatan aki
Untuk menjaga agar aki bisa digunakan dalam jangka yang lama, maka perlu diadakan pemeriksaan secara teratur antara lain:
o   Jangan melakukan pengisian yang berlebihan, karena akan menyebabkan kenaikan temperatur sehingga merusak plat plat aki
o   Jangan biarkan aki menjadi kosong secara berlebihan, karena akan menyebabkan terbentuknya kristal sulfat.
o   Periksa BJ elektrolit secara periodik dan tinggi elektrolit pada aki ± 2 minggu sekali.
o   Apabila aki tidak dipakai dalam periode yang lama, isi (charging) aki tiap dua minggu.
o   Jangan memukul terminal aki, karena tidak taha terhadap getaran.
o   Jagalah terminal aki agar tetap bersih.

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada system pengisian adalah :
·         Semua socket dan kutub aki harus dalam keadaan bersih, tidak ada oksidasi maupun karat.
·         Pastikan tidak ada kabel yang menyentuh bagian heatsink rectifier.
·         Selalu memeriksa ketingian air aki. Karena ini bisa sebagai indikasi kiprok rusak. Bila air aki cepat habis berarti arus listrik pengisian terlalu besar, berarti fungsi regulator mulai menurun.

B.     Sistem Pengapian
Sistem pengapian adalah bagian dari sepeda motor yang sangat penting karena tanpa adanya sistem pengapian pada mesin maka mesin tidak akan hidup, pengapian pada motor bensin diperlukan untuk membakar campuran bahan bakar dengan udara yang telah dikompresikan oleh piston keruang bakar.
Selain itu baik buruknya proses pembakaran pada sepeda motor ditentukan oleh sistem pengapian. Jika terjadi gangguan pada sistem pengapian menyebabkan tenaga motor berkurang, selain itu bahan bakar boros dan tingkat polusi pada gas buang menjadi tinggi karena proses pembakaran tidak sempurna. Pada umumnya sistem pengapian dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
·         Sistem pengapian platina.
·         Sistem pengapian CDI.

1.      Sistem Pengapian Platina
Sistem pengapian platina merupakan sistem pengapian yang timming atau waktu pengapiannya diatur oleh alat yang disebut dengan platina. Sistem pengapian ini diadopsi oleh sepeda motor zaman dulu. Pada umumnya sistem pengapian ini menggunakan baterai sebagai sumber arusnya. Tetapi ada sebagian yang menggunakan sumber arus yang berasal dari kumparan. Pada sistem pengapian platina penyetelan secara berkala harus dilakukan, karena saat mesin bekerja terjadi gesekan peda bagian platina dan loncatan bunga api pada platina sehingga penyetelan kerenggangan celah platina harus dilakukan.
Adapun bagian dari sistem pengapian platina adalah sebagai berikut:
a.       Fly Wheel Magneto.
b.      Kumparan pengapian.
c.       Baterai (aki).
d.      Kunci Kontak.
e.       Platina.
f.       Kapasitor.
g.      Ignition coil (koil).
h.      Spark Plug (busi).

Gambar sistem pengapian platina

2.      Sistem pengapian CDI
Sistem pengapian CDI merupakan jenis sistem pengapian yang timming pengapian diatur oleh sistem yang disebut CDI unit. Jenis sistem pengapian ini tidak perlu melekukan penyetelan secara berkala seperti pada sistem pengapian platina.
Adapun bagian-bagian dari sistem pengapian CDI adalah sebagai berikut:
a.       Fly Wheel Magneto
b.      Kumparan pengapian
c.       Baterai (aki)
d.      Kunci Kontak
e.       CDI
f.       Pick up Coil (Fulser)
g.      Ignition coil (koil)
h.      Spark Plug (busi)


Gambar sistem pengapian CDI

1.      Fly Wheel Magneto
Fly Wheel Magneto merupakan kumpulan beberapa batang magnet yang disusun seperti roda yang berfungsi untuk membuat garis gaya megnet pada kumparan pengapian. Biasanya Fly Wheel Magneto ditempatkan pada poros engkol sehingga kecepatan GGL induksi tergantung pada putaran poros engkol. Selain itu kekuatan magnet Fly Wheel Magneto juga mempengaruhi besarnya arus yang dihasilkan.

2.      Spul pengapian
Spul pengapian merupakan suatu bagian dari sistem pengapian yang merubah GGL induksi dari Fly wheel magneto menjadi energi listrik. Spul pengapian juga bisa disebut sebagai sumber arus pengapian, sehingga besar kecilnya pengapian sangat ditentukan oleh bagian ini. Spul pengapian terdiri dari kumparan kawat email yang dililitkan pada plat-plat besi lunak yang telah diberi isolator dan beberapa magnet yang tersusun sedemikian rupa. Jadi besar kecilnya arus yang dihasilkan oleh jumlah lilitan dan banyaknya plat yang digunakan. Sitem pengapian yang menggunakan spul sebagai sumber arus pengapiannya besar kecilnya arus pengapian tergantung pada putaran mesin, semakin tinggi putaran mesin semakin besar pula arus pengapiannya. Pada sistem pengapian menbutuhkan tegangan yang cukup besar lebih dari 50 volt dan arus yang relatif kecil, sehingga pada kumparan pengapian membutuhkan jumlah lilitan yang besar dengan diameter kawat email yang kecil. Berbeda dengan spul pengisian yang membutuhkan arus listrik yang lebih besar dan tegangan yang relatif kecil, sehingga menggunakan diameter kawat email yang labih besar dan jumlah lilitan yang lebih sedikit.

 

Gambar bagian Spul Pengapian.


3.      Baterai (Aki)
Baterai merupakan sumber arus pengapian, jadi pada sistem pengapian ini besar kecilnya arus pengapian tergantung pada arus yang terdapat dalam baterai. Sistem pengapian yang menggunakan sumber arus dari baterai menghasilkan arus pengapian yang sama besar pada setiap putaran. Sistem pengapian yang menggunakan arus dari baterai mempunyai beberapa kelemahan yaitu jika lupa mematikan kunci kontak maka arus dalam baterai akan habis dan sistem pengapian tidak bekerja lagi.

4.      Kunci Kontak
Kunci kontak biasa disebut juga dengan ignition switch dimana fungsi dari kunci kontak adalah untuk menghubungkan atau memutuskan arus listrik dari baterai ke sistem kelistrikan. Setiap kendaraan mempunyai kunci kontak yang berbeda targantung pada pabrikan sepeda motor. Pada umumnya kunci kontak terdapat  2 kabel, 4 kabel atau bahkan lebih. Sepeda motor yang menggunakan 2 kabel biasanya menggunakan sistem pengapian DC, sedangkan yang menggunakan 4 kabel atau lebih biasanya menggunakan sistem pengapian AC.

5.      Platina
Platina merupakan bagian dari sistem pengapian yang berfungsi menyambung dan memutus arus pengapian sesuai dengan timing pengapian yang tepat pada mesin. Membukanya contact point pada platina digerakkan oleh cam yang biasanya terletak pada poros engkol. Pada umumnya platina dipasang secara paralel dengan kapasitor dan spul pengapian. Pada sistem pengapian platina proses pengajuan saat pengapian dilakukan oleh alat yang disebut advancer. Selain itu harus dilakukan penyetelan kerenggangan celah platina  secara berkala.

Gambar penampang platina.

6.      Kapasitor (kondensator)
Kondensator adalah bagian dari sistem pengapian platina yang berfungsi untuk:
o   Mengurangi loncatan bunga api yang terjadi diantara contact point pada platina saat membuka.
o   Mempercepat pemutusan arus pada kumparan primer coil dengan maksud meninggalkan tegangan induksi didalam secondary coil.
Kondensator terbuat dari almunium tipis yang terdiri atas dua lapis yang digulung, antara kedua gulungan tersebut diberi isolasi kertas disatukan kemudian dimasukkan kedalam sebuah kotak logam. Salah satu dari ujung almunium dihubungkan dengan masa, dan ujung almunium yang satu lagi dihubungkan dengan platina.
Gambar penampang kapasitor.

7.      CDI unit
CDI unit merupakan bagian dari sistem pengapian yang berfungsi untuk mengatur saat pengapian. CDI unit terdiri dari komponen-komponen elektronik yang tersusun sedemikian rupa sehingga dapat menentukan saat pengapan yang tepat. Saat ini CDI unit dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu CDI DC dan CDI AC.
CDI DC merupakan bagian sistem pengapian yang menggunakan sumber arus pengapian dari baterai,  jadi besarnya pengapian selalu sama pada setiap putaran mesin. Sistem pengapian yang menggunakan CDI DC juga disebut sistem pengapian DC. Sistem pengapian DC mempunyai keunggulan pada start awal lebih mudah karena pengapian lebih besar.
Sistem pengapian dengan menggunakan CDI DC dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar rangkaian sistem pengapian DC

CDI AC merupakan bagian sumber pengapian yang menggunakan sumber arus AC yang berasal dari kumparan. Sehingga besarnya pengapian tergantung pada jumlah lilitan pada kumparan, besarnya medan magnet pada fly whell magneto dan putaran mesin. Sistem pengapian yang menggunakan CDI AC juga disebut Sistem pengapian AC. Jenis pengapian AC sangat cocok digunakan pada mesin putaran tinggi karena semakin tinggi putaran mesin semakin besar pengapian sehingga proses pembakaran dapat berjalan dengan sempurna.

8.      Pick up coil (fulser)
Pick up coil (fulser) merupakan bagian dari sistem pengapian elektronik yang berfungsi sebagai pembangkit pulsa saat terjadinya pengapian. Fulser terdiri dari kawat email yang dililitkan pada magnet permanen, sehingga saat ujung megnet berdekatan dengan triger, fulser membangkitkan energi listrik yang akan dikirimkan ke CDI unit sebagai tenta saat pengapian.

9.      Ignition coil
Fungsi ignition coil adalah untuk memperbesar tegangan pada sistem pengapian hingga mencapai 10.000 sampai 20.000 volt. Hal ini diharapkan agar terjadi loncatan bunga api pada spark plug yang mengawali proses pembakaran. Di dalam ignition coil terdapat inti besi berupa plat-plat tipis yang tersusun rapat, dan dililiti oleh dua kumparan, yaitu: kumparan primer dan sekunder. Ignition coil juga bisa disebut transformator step up karena berfungsi untuk menaikkan tegangan.
Gambar penampang ignition coil.

Besarnya tegangan induksi pada kumparan sekunder tergantung dari perbandingan gulungan antara kumparan sekunder dengan kumparan primer dan besarnya tegangan induksi yang terjadi pada kumparan primer. Tinggi rendahnya tegangan sekunder pada ignition coil dapat dirumuskan sebagai berikut:

 =  atau Vs =

Dimana:
Vp = tegangan primer
Ns = jumlah lilitan primer

Vs = tegangan sekunder
Np = jumlah lilitan sekunder

10.  Spark plug (busi)
Spark plug berfungsi untuk meloncatkan bunga api listrik dalam ruang bakar untuk membakar campuran bahan bakar yang telah dikompresikan oleh piston. Karena fungsi busi yang sedemikian itu maka busi harus memenuhi beberapa syarat yaitu:
1)      Harus dapat merubah tegangan tinggi menjadi loncatan bunga api
Seperti telah diketahui sebelumnya bahwa pada sistem pengapian tersedia tegangan yang cukup tinggi yaitusebesar 10.000 sampai 20.000 volt. Tegangan tinggi harus dapat diubah menjadi loncatan bunga api antara kedua elektroda busi. Tetapi perlu diketahui bahwa tegangan yang dihasilkan coil tidak selalu konstan, hal ini tergantung pada kecepatan dari putaran mesin. Bila putaran mesin lambat maka tegangan yang dihasilkan coil tinggi, dan bila putaran mesin cepat maka tegangan akan turun. Kemudian bila busi terlalu panas maka kemampuan menghantarkan listrik berkurang sehingga tegangan tidak dapat dialirkan dengan sempurna. Elektroda positif busi mempunyai resistansi kurang dari 10 ohm jika harga resistansi lebih dari 10 ohm maka daya hantar busi sudah menurun dan layak untuk diganti.
Selain itu hal yang paling berpengaruh terhadap loncatan bunga api adalah celah dari kedua elektroda tersebut. Jika celah terlalu kecil maka tegangan yang dibutuhkan juga kecil, sedangkan jika celah terlalu besar/renggang maka tegangan yang dibutuhkan juga besar. Disamping celah busi jenis bahan bakar atau perbandingan campuran bahan bakar juga mempengaruhi tegangan yang dibutuhkan.
2)      Harus tahan terhadap temperatur yang tinggi
Pada saat terjadi pembakaran dalam ruang bakar elektroda busi  juga ikut terbakar. Panas ini akan menyebabkan membaranya elektroda, apabila elektroda busi masih berpijar saat langkah kompresi berikutnya maka campuran bahan bakar akan terbakar dengan sendirinya sebelum bunga api dari busi tercipta. Terjadinya detonasi pada mesin sangat tidak diharapkan karena dapat mengurangi tenaga mesin
Untuk mengatasi hal diatas (detonasi) agar tidak terjadi maka ada tiga faktor penting yang perlu diperhatikan:
o   Penempatan busi harus benar-benar tepat pada posisinya.
o   Busi harus selalu bersih terhadap endapan karbon.
o   Bahan dari elektroda positif busi harus mampu untuk mengalirkan panas keluar, agar elektroda tetap dalam keadaan dingin.

Gambar penampang elektroda busi.

3)      Busi harus tetap bersih dari karbon yang ada pada ruang bakar.
Telah kita ketahui bahwa karbon merupakan penghantar listrik yang baik apabila karbon melekat pada elektroda busi maka nilai tahanan dari isolator akan berkurang, dan tegangan tinggi akan segera bocor ke masa tanpa adanya loncatan bunga api pada kedua elektroda.
Banyak atau sedikitnya endapan karbon yang terjadi tergantung pada besarnya harga kompresi dari mesin. Semakin tinggi kompresi maka semakin tinggi pula temperatur, sehingga proses pembakaran lebih sempurna sehingga endapan karbon semakin sedikit. Untuk mengatasi masalah diatas pemilihan busi sangat diperhatikan, yaitu menggunakan jenis busi panas pada motor dengan tekanan kompresi rendah, dan menggunakan jenis busi dingin untuk motor dengan kompresi tinggi.

Gambar penampang busi
C.    Sistem Sarter
Sistem starter merupakan suatu sistem yang merubah suatu energi menjadi energi mekanik berupa gerak putar, berfungsi untuk memutar poros engkol sehingga mesin dapat hidup.
Untuk menggerakkan poros engkol sehingga mesin dapat hidup dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1.      Tenaga manusia
Pada sistem starter dengan tenaga manusia untuk menggerakkan poros engkol yaitu dengan menggunakan kick starter ataupun tali penghasut dan engkol pemutar.
2.      Tenaga listrik
Sistem starter ini menggunakan motor listrik sebagai komponen utamanya. Dimana motor listrik berfungsi merubah energi listrik dari aki menjadi energi mekanik berupa gerak putar. Sistem starter ini menggunakan sumber tenaga listrik yang berasal dari aki. Motor starter membutuhkan arus listrik yang cukup besar sehingga sebagai saklar penghubung menggunakan saklar elektro magnetik (relay). Hal ini dimaksudkan agar saklar/tombol starter tidak terbakarkarena arus yang besar. Berikut ini adalah gambar skema rangkaian sistem starter.

Gambar rangkaian sistem starter.

Adapun bagian bagian dari sistem starter adalah:
1.      Baterai yaitu bagian yang berfungsi sebagai sumber arus.
2.      Sekring yaitu bagian yang berfungsi sebagai pengaman saat terjadi hubungan pendek.
3.      Kunci kontak yaitu bagian yang berfungsi sebagai menyambung dan memutus arus listrik
4.      Relay (bendik) yaitu bagian yang berfungsi sebagai saklar elektromagnetik yang mampu meneruskan arus yang besar.
5.      Tombol starter yaitu bagian yang berfungsi sebagai menyambung dan memutus arus yang masuk ke relay.
6.      Motor starter yaitu bagian yang berfungsi sebagai pengubah tenaga listrik menjadi gerak putar yang akan menggerakkan poros engkol. Motor starter terdiri dari beberapa bagian diantaranya: angker, brustel, magnet, rumah motor starter.

Gambar penampang motor starter.

Cara kerja sistem starter:
Saat kunci kontak ON arus listrik mengalir dari aki menuju ke kumparan relay, dan saat tombol starter ditekan maka ujung kumparan relay yang satunya mendapat arus negatif sehingga terjadi kemagnetan pada relay. Dan saat itu saklar relay mulai berfungsi dan meneruskan arus listrik menuju ke motor starter, sehingga motor starter dapat bekerja.

Bagian-bagian motor starter
a.       Kumparan poros (angker)
Angker merupakan bagian  dari motor starter yang tersusun dari kumpulan besi lunak yang dililiti kawat email, sehingga saat terjadi aliran listrik besi lunak menjadi magnet sehingga dapat berputar.
b.      Magnet permanen
Pada umumnya dalam sebuah motor starter terdiri dari 2 buah magnet permanen yang ditempelkan pada rumah motor starter.
c.       Sikat (brustel)
Sikat berfungsi sebagai penghubung antara terminal-terminal angker dengan terminal pada rumah motor starter.
d.      Bearing (laker)

4 komentar:

  1. terima kasih share pengetahuannya tentang aki teman.

    BalasHapus
  2. lebih mantaff lagi kalau ada gambarnya gan..
    nice share.. (y)

    BalasHapus